airputih

Guru, Digugu dan Ditiru


Guru, kata orang Jawa merupakan kependekan dari digugu dan ditiru. Dipercayai penuh kebenaran kata-katanya dan patut ditiru perilaku dan perbuatannya. Meski begitu, bukan berarti guru adalah manusia sempurna, yang tak bisa digugat akibat terpeleset oleh sifat manusiawinya. Bukan! Tapi yang dimaksud adalah sebuah pengingatan, kalau sebagai guru, seseorang harus menjaga satu kata dengan perbuatan serta selalu berada di koridor lurus lagi benar. Sesekali salah sebab khilaf, alpa atau akibat terbatasnya ilmu, adalah kewajaran yang harus dipaparkan sebagai sebuah bukti sahih ketidaksempurnaan setiap manusia. Yang harus disikapi apa adanya, karena bukan bahan tertawaan atau ejekan.


Selalu berada dalam sikap “guru” adalah sebuah kerja keras. Sebab diri pribadi dituntut membiasakan diri menjadi sosok yang layak dicontoh. Tidak ada alasan, bahwa diri sedang “rehat” atau sedang “tidak dinas”. Karena jam belajar berlangsung 24 jam penuh, pun sedang tidur sekalipun. Proses belajar tetap berlangsung.

Tampaknya memang sulit menjaga sikap selalu dalam “guru”. Karenanya diperlukan kerja ekstra keras untuk membiasakan diri senantiasa konsisten terhadap nilai-nilai “guru”. Perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa tiap detik yang bergulir adalah waktu yang berharga untuk belajar. Agar kesadaran tumbuh subur, kecintaan terhadap objek dan proses mutlak diperlukan. Akan sulit mencapai kesadaran yang melekat bila rasa cinta pada kanak dan proses belajar tak mampu dihayati dengan baik. Pengetahuan akan tetap berujud deretan huruf vokal dan konsonan semata. Tak tertemui kedalaman aksinya.

Seiring dengan terhamparnya kesadaran, terbuka pula cakrawala kesabaran. Kemampuan menahan diri agar tak mendominasi, menguasai dan serbamengetahui. Sikap-sikap seperti itu berubah menjadi kesiapsediaan mendengar, menjelaskan, membesarkan hati, mendorong semangat, serta memantik keyakinan pada diri sendiri. Membuat anak nyaman dengan dirinya sendiri. Merasa tak ada yang salah dan kurang pada pribadinya, sehingga ia menjadi pribadi yang genap. Tak tercuil atau tergores bening kristal jiwanya. Percaya diri dan yakin akan kemampuan yang dimiliki selalu menyertai langkah-langkahnya.

Langkah pertama, tentu saja mengaca!!!

oleh: Rahman Hidayat | sumber photo: agilethings.nl

Related

sekolah 2060641239571138392

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Terbaru

Populer

Respon

Berlangganan Lewat E-Mail:

Daftarkan untuk menerima 1 email/hari tanpa iklan dan spam

Green Canyon Pangandaran
open trip pulau harapan

Pengunjung

item